Wednesday, July 15, 2009

HEBATNYA AIR SUSU IBU (ASI)


Penelitian ilmiah kalau ASI (Air Susu Ibu) mujarab menangkal beberapa penyakit akut dan kronis, seperti ISPA, diare, hingga penyakit arteri koroner.

Sayangnya, banyak ibu yang tidak memanfaatkan ASI-nya untuk si kecil. Dari data WHO tahun 1989, selama 10 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah ibu menyusui. Termasuk lamanya masa pemberian ASI. Salah satu penyebab tak lain karena gaung produk susu formula yang banyak mengklaim sebagai susu yang menyehatkan dan mencerdaskan.

Padahal menurut dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC., satu-satunya susu bagi bayi kita ya ASI itu. Kandungan nutrisi dalam ASI paling komplet dengan komposisi yang berubah-ubah setiap saat disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh-kembang bayi saat itu. Jangan lupa ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh dan zat antiperadangan sehingga memberikan perlindungan terhadap berbagai infeksi baik yang disebabkan bakteri, virus, jamur atau parasit. Berdasarkan survei, ASI yang kaya dengan zat-zat antiinfeksi sanggup menurunkan angka kematian bayi dan penyakit pada bayi.

KOMPOSISI ASI SESUAI KEBUTUHAN BAYI

Kenapa bayi yang menyusu ASI bisa lebih sehat? Menurut Utami, karena ASI merupakan cairan "hidup" yang mengandung zat-zat antara lain daya tahan tubuh, sedangkan susu formula adalah cairan "mati" yang tak mengandung antibodi. Perlu diketahui juga, komposisi ASI selalu berubah-ubah sesuai kebutuhan bayi. Umpamanya, ASI yang keluar beberapa saat setelah persalinan sampai 4 hari pertama (kolostrum) berbeda komposisinya dengan ASI yang keluar setelah itu (ASI transisi dan ASI matur). Berikut penjelasan Ketua Yayasan Sentra Laktasi Indonesia ini:

* ASI hari I hingga kurang lebih ke-4 (kolostrum)

Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.

* ASI hari ke-3 hingga kurang lebih ke-10 (ASI transisi)
Kadar protein ASI transisi sudah berkurang sementara kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Begitu juga dengan volumenya yang makin banyak sesuai kebutuhan menyusu bayi yang semakin tinggi.

* ASI hari ke-10 dan selanjutnya (ASI matur)

Komposisi ASI yang keluar pada isapan-isapan pertama (foremilk) juga berbeda dengan komposisi yang terkandung pada isapan-isapan akhir (hindmilk). "Hindmilk mengandung lemak dan karbohidratnya lebih banyak dibandingkan foremilk," kata Utami. Berikut ini komposisi/kandungan yang terdapat dalam ASI:

1. Lemak

Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicerna dan diserap. Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3 (EPA dan DHA), omega 6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk pertumbuhan otak.

2. Kolesterol

Manfaat kolesterol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbkuhan otak. Selain itu olesterol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol. Metabolisme itu akan mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.

3. Protein

Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.

4. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactbacillus bifidus, menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

5. Vitamin dan Mineral

ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi. Perlu juga disadari bahwa masih banyak zat yang terkandung dalam ASI namun belum diketahui kegunaannya.
REKOMENDASI UNICEF

Lantaran itu, sejak November 1999, UNICEF merekomendasikan agar bayi disusui eksklusif sekitar 6 bulan. Arti eksklusif di sini benar-benar hanya ASI yang diberikan pada bayi tanpa ada tambahan makanan/cairan lain, bahkan air putih. Asal tahu saja, tambahan makanan padat atau cair dapat membawa kuman, mencetuskan alergi, dan menyebabkan bayi kenyang sehingga membuatnya minum ASI lebih sedikit. Bukti ilmiah terakhir menyebutkan, pemberian makanan padat sebelum 6 bulan justru akan merugikan kesehatan bayi tanpa adanya keuntungan berupa peningkatan berat badan bayi.

Laporan Expert Consultation on The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding juga menjelaskan, jika dibandingkan kelompok menyusui ASI eksklusif 4-6 bulan, dengan kelompok ASI eksklusif sampai 6 bulan, maka terdapat efek protektif lebih tinggi terhadap penyakit infeksi pada bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.

PENYAKIT-PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH ASI

Utami menjabarkan, dari hasil riset yang pernah dilakukan, ASI terbukti dapat menurunkan risiko bayi terserang penyakit akut dan kronis. Antara lain, inilah penyakit-penyakit itu:

* meningitis bakterialis (peradangan selaput otak yang disebabkan bakteri)

* ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

* infeksi saluran urogenitalis (infeksi pada organ reproduksi dan saluran kemih)

* otitis media (peradangan telinga)

* sepsis (infeksi dalam darah)

* botulism (keracunan akibat makanan/minuman yang diawetkan secara tidak benar)

* diare

* serangan alergi

* diabetes pada usia muda

* penyakit pembuluh darah koroner (coronary artery disease)

HASIL RISET TERHADAP KELEBIHAN ASI

* Serangan radang paru-paru pada bayi yang menyusu ASI turun 7 kali dibandingkan bayi yang tak diberi ASI

* ISPA 5 kali lebih sering menimpa bayi yang tak diberi ASI ketimbang bayi yang diberi ASI.

* Bayi yang tak diberi ASI terbukti 4 kali lebih sering terkena sepsis dan meningitis dibandingan bayi ASI.

* Bayi yang tak diberi ASI 17 kali lebih sering terkena diare dibandingkan bayi yang menyusui ASI.

* Limphoma maligna (salah satu penyakit ganas di organ limfa) juga dialami 6-8 kali pada bayi yang tak diberi ASI.

PENELITIAN ASI DAN KECERDASAN

Pertumbuhan otak bayi dapat optimal jika diberi ASI eksklusif selama 6 bulan serta tetap diberi ASI dan makanan padat sampai usia dua tahun atau lebih. Ini juga sudah terbukti dari beberapa hasil penelitian. Berikut beberapa datanya:

* Hasil penelitian terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi prematur yang diberi ASI eksklusif memiliki IQ lebih tinggi (8,3 poin) dibandingkan bayi yang tak diberi ASI.

* Pada bayi yang diberi ASI eksklusif, IQ mereka pada saat berusia 9,5 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang sebelumnya tak diberi ASI.

* Penelitian yang dilakukan Universitas Bristol, Amerika, menunjukan anak yang diberi ASI rata-rata memiliki kecerdasan lebih dibandingkan anak yang tak diberi ASI eksklusif.

* Penelitian terhadap 400 anak dengan mengunakan berbagai tes, menunjukkan IQ tertinggi (di atas 130) dicapai anak yang memperoleh ASI antara 4-9 bulan lamanya.

* Sebanyak 299 bayi di Spanyol di teliti sejak lahir sampai usia 2 tahun. Hasilnya menunjukkan perkembangan mental bayi tanpa ASI lebih rendah dibandingkan bayi yang disusui ASI eksklusif.

* Di New Zealand, bayi-bayi yang disusui ASI eksklusif menunjukkan perkembangan bahasa dan IQ lebih tinggi pada usia 3,5 dan 7 tahun.

* Masih di New Zealand, penelitian tahun 1998 terhadap 1.000 anak selama 18 tahun menunjukkan bayi yang diberi ASI mempunyai IQ dan mencapai tingkat akademik lebih tinggi.

* Pada tahun 2002, dari dua tes intelegensia yang berbeda, IQ meningkat sesuai dengan lamanya bayi disusui.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi adalah nutrisi atau gizi yang diberikan. ASI mengandung berbagai zat yang diperlukan otak bayi agar dapat tumbuh optimal.

KEUNTUNGAN BAGI IBU

ASI tak hanya memberikan keuntungan melimpah bagi bayi. Bagi ibu yang menyusui pun mendapatkan berbagai manfaat, di antaranya:

* Menyusui dapat meningkatkan hormon yang berperan mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

* Menyusui dapat mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara dan kanker indung telur.

* Menyusui juga membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kurang darah.

* Penelitian menujukkan ibu menyusui dapat mencapai berat badan sebelum hamil dan rahim lebih cepat normal.

* Menyusui membantu penundaan ovulasi sehingga terjadi penjarangan kehamilan. Juga membantu meningkatkan mineralisasi tulang pascapersalinan dan mengurangi risiko patah tulang panggul pada masa menopause kelak.

* Menyusui menurunkan biaya perawatan kesehatan karena anak jadi jarang sakit. Selain itu juga menurunkan angka absensi bagi karyawan karena harus merawat/menjaga anaknya yang sakit. Penelitian tahun 1995 memaparkan, ibu yang memberikan ASI eksklusif lebih jarang absen (25 persen) di kantornya dibandingkan ibu yang tak memberikan ASI (75 persen).
* Rendahnya angka kesakitan bayi yang mendapat ASI memungkinkan juga ibu untuk lebih memperhatikan anggota keluarga yang lain.

No comments:

Post a Comment